Jenama, merek, atau brand? Mana istilah yang sebaiknya kita gunakan? Demi menjunjung nilai lokalitas dan meneruskan upaya Pak Handoko Hendroyono, pada tulisan ini kami akan menggunakan kata “jenama” untuk merujuk istilah yang biasa kita pakai; brand. Jenama adalah entitas yang hidup. Ia tumbuh, berubah, dan menyesuaikan diri dengan zaman. Dalam perjalanan sebelas tahun terakhir, pemahaman kami tentang jenama sebagai ekspertis terus berevolusi, seiring dengan upaya kami merawat dan menumbuhkan POT.
Pendewasaan—kata yang paling mendekati untuk menggambarkan perjalanan kami—menuntun kami untuk melihat lebih dalam, lebih kritis. Di usia dua puluhan kami merintis POT dengan semangat eksplorasi. Hari ini pengalaman telah mengajarkan kami ketajaman dalam membaca konteks dalam memahami pergeseran dan dalam mengartikan relevansi. Setiap pertemuan dengan klien, kolega, dan komunitas membuka ruang perspektif baru. Kami menyadari bahwa jenama bukan hanya tentang bagaimana tampil, tetapi juga tentang bagaimana ia berinteraksi, beresonansi, dan membangun koneksi yang bermakna.
Dunia terus bergerak dan jenama pun demikian. Di masa kini, jenama menghadapi tantangan yang lebih besar sekaligus peluang yang lebih luas. Ia harus mampu beradaptasi dengan percepatan teknologi, perubahan perilaku audiens, dan dinamika sosial. Di satu sisi, ini adalah tantangan untuk tetap relevan. Sedangkan di sisi lain, ini adalah peluang untuk menemukan cara-cara baru dalam bercerita, berkomunikasi, dan membangun hubungan yang lebih organik.
Bayangkan jenama seperti seseorang yang terus tumbuh. Sejarah jenama adalah sebuah evolusi yang terus bergerak mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. Sebelum revolusi industri, jenama hadir semata sebagai tanda kepemilikan atau asal-usul. Saat memasuki era industri, peran jenama berkembang menjadi simbol otentifikasi yang merujuk pada jaminan kualitas dan kredibilitas yang membedakan satu produk atau layanan dari yang lain di tengah pasar yang semakin luas.
Abad ke-20 membawa perubahan lebih lanjut. Jenama tidak lagi sekadar representasi kualitas, tetapi juga mencerminkan gaya hidup, aspirasi, dan nidentitas audiensnya. Ia menjadi medium yang dapat membangun hubungan emosional dengan konsumennya.
Sedangkan di era digital, jenama harus lebih dari sebatas identitas visual atau aspirasi. Ia dituntut untuk mampu berkomunikasi secara langsung, responsif dalam berbagai kanal, serta hadir sebagai entitas yang dinamis. Kalau dulu jenama cukup ‘duduk manis’ di etalase atau papan iklan, kini ia harus siap jadi teman mengobrol di X, tampil meyakinkan di Instagram, dan sesekali menjawab pertanyaan absurd di TikTok.
Hari ini,
bagi kami,
jenama harus
melangkah lebih
jauh. Ia harus memiliki
ideologi—prinsip, visi,
dan keberpihakan yang
jelas. Jenama bukan
sekadar tanda atau
identitas visual,
melainkan ekosistem
makna yang dinamis
dalam lanskap
desain dan
komunikasi.
Hari ini,
bagi kami,
jenama harus
melangkah lebih
jauh. Ia harus memiliki
ideologi—prinsip, visi,
dan keberpihakan yang
jelas. Jenama bukan
sekadar tanda atau
identitas visual,
melainkan ekosistem
makna yang dinamis
dalam lanskap
desain dan
komunikasi.
Di tengah arus informasi yang deras, subjektivitas semakin menemukan tempatnya. Sebuah jenama harus mengenali dirinya sendiri sebelum dapat menawarkan sesuatu kepada dunia. Ia bukan hanya tentang bagaimana ia terlihat, tetapi tentang apa yang diperjuangkannya.
Seiring perubahan peran jenama, peran perancang jenama pun ikut berevolusi. Berawal dari merancang bentuk kemudian berkembang menjadi menyusun makna. Berangkat dengan fokus menciptakan komunikasi visual lalu bertransformasi menjadi mengartikulasikan nilai yang mendasari jenama itu sendiri. Merancang jenama hari ini bukan hanya tentang desain yang indah, melainkan tentang menciptakan sistem yang bisa tumbuh, merancang cerita yang bisa dirasakan, dan menjaga agar jenama tetap setia pada jati dirinya.
Dalam lanskap dan dinamika tersebut, kami mengambil peran sebagai konsultan desain dan komunikasi jenama. Kami merancang kerangka kerja, membentuk formula, dan mengembangkan metode yang dapat mengekstraksi identitas dan ekspresi otentik sebuah entitas. Kami membantu jenama menemukan suaranya—bukan sekadar agar terdengar, tetapi agar ia berbicara dengan makna.
Kami percaya bahwa jenama dapat menjadi agen perubahan yang positif. Bahwa ia dapat memberi dampak yang lebih dari sekadar transaksi. Sebuah jenama yang dibangun dengan kesadaran atas nilai-nilainya memiliki pondasi yang lebih kuat untuk membentuk identitas yang jujur dan beresonansi. Dalam setiap proses kreatif, kami mencari inti dari sebuah jenama. Kami menyelami esensinya, memahami intensinya, dan memperluas kemungkinannya. Pada akhirnya, jenama yang sejati bukan hanya tentang bertahan, tetapi tentang hidup, bernapas, dan menggetarkan.
Insya Allah,
Astungkara
Sotthi hotu.
CONTACT
PT POT Dharma Kultiva
Jl Pesantren № 39, Bandung—Indonesia
Get Direction Here
+62 811 224 4191
ahoy@potbrandinghouse.com
ECOSYSTEM
CONTACT
PT POT Dharma Kultiva
Jl Pesantren № 39, Bandung—Indonesia
Get Direction Here
+62 811 224 4191
ahoy@potbrandinghouse.com